Wednesday, October 26, 2005

Pengakuan

I’m at the lowest point ever
Seems that all i do is making mistakes
Bended on my knee
Head down
No more tears
Afraid to become numb
...

Saturday, October 08, 2005

SAPA

Aku temukan dia lagi
ingin mengulurkan tangan
menyapa kabar
tapi takut uluran tak bersambut
saat ini
kuurungkan dulu niat ini

Wednesday, October 05, 2005

Catch The Moment

Ada sebuah perkembangan
Bahwa saat ramadhan, di mesjid dekat rumah
Yang berdatangan tidak lagi sekedar sesepuh atau asisten rumah tangga
Buanyak anak-anak kecil
Yang datang bergerombol atau dengan keluarganya
Mereka yang bisa tidak rewel mengikuti solat dan mendengarkan ceramah
(well...not really...)
pokoknya mereka, walaupun bermain-main di antara mereka sendiri
tidak terdengar rengekan meminta pulang
ah, sayangnya
sang penceramah (kalau sapaan banyak orang: ustad, hmm...definisinya ustad apa ya ?)
tidak terlalu menangkap kondisi ‘jamaah’ yang di’tuju’nya
ia asik mengajak ngomong “bapak2” atau “ibu2” atau “muda-mudi” sementara yang diajak ngomong, ada yang melamun, ada yang tidur, ada yang ngobrol...hehehe....
(Intermezzo: klo saya lebih banyak mengobservasi sekeliling sambil berusaha menangkap inti ceramah yg kayaknya beda dengan judul yg diberikan di awal ceramah)
Banyak ceramah yang isinya membicarakan keadaan negara, pemimpin dst yang wow deh...tak jarang juga isinya tentang keunggulan agama ini dibanding yang itu...
Mengapa lupa bahwa ceramah yg diberikan itu ada di kalangan mesjid kecil, ditengah lingkungan keluarga ?
Mengapa tidak itu yang diberdayakan ?
Katanya semua harus dimulai dari lingkup kecil, dari keluarga...
Kok ya, Cuma jadi “katanya” ?
Katanya mo menjadikan mesjid banyak didatangi...
Tapi kok melulu menyalahkan yang berdatangan ?
Menegur ketika jumlah yang datang di akhir ramadhan berkurang ?
Tapi tidak memotivasi orang or generasi penerus (taelaa...bahasanya...) untuk datang ?
Mengapa harus menggunakan ancaman untuk membuat orang jatuh cinta ?
Tidakkah lebih baik mengangkat tema keluarga ?
Bukan hanya lewat pemberitahuan mengenai keluarga sakinah, mawadah, waromah
But How ? bagaimana caranya ? Apa yg harus dilakukan ?
Mumpung semua orang masih semangat untuk datang ke mesjid
Mumpung semua orang masih semangat untuk beribadah
Mumpung masih diberi kesempatan sama Sang Maha
Kongkrit...kongkrit...kongkrit...hehehe
Ya gitu deh...

Saturday, October 01, 2005

Sudah seharusnya...

Gelisah ketika menyadari bahwa masih dominan seorang ibu yang sibuk ke sana kemari membawa anaknya, yang diamanati oleh Sang Kuasa menjadi seorang anak yang exceptional, tanpa didampingi suaminya.

Sedih ketika sang ayah tidak terlalu hapal mengenai kondisi anak sejak lahir, apalagi jika ia ikut mendampingi saat persalinan. Terlebih sedih jika ia tidak mampu menerima amanat tersebut dan memilih untuk pergi.

Baguslah jika saat ini makin jarang kutemui hal-hal di atas (So far).
Menyenangkan ketika saat initial interview, anggota keluarga yang hadir lengkap. Ketika sang ayah menyadari kondisi anaknya, mengetahui ciri-ciri khas anak dan berada di samping sang istri untuk saling memberi dukungan. Terlebih ketika ia mampu menerima sang amanat dan menjaganya dengan sungguh-sungguh.

Semakin menyenangkan ketika semua pihak sadar tuntutan optimal yang dapat diberikan pada masing-masing pihak. Untuk berkembang sesuai kodratnya, seoptimal mungkin tanpa membandingkan dengan orang lain, anak lain, bahkan keluarga lain.

Sayangnya...semua membutuhkan biaya...

Tapi

Aku percaya, Sang Pemberi Amanah merupakan juga Sang Pemberi Rejeki...

Yang juga Sang Pembuka Jalan

Janganlah lupa untuk tersenyum

(^_^)