Sunday, April 20, 2008

Smart camp


Beberapa hari yang lalu,aku dapat kesempatan untuk aplikasi ilmu ke teman-teman sd.

Beberapa hal yang dishare adalah tentang tanggung jawab, kerjasama, konsep diri positif,bersyukur dan saling menghargai.

Supaya lebih cepat 'masuk' maka materi diberikan lewat games dan terintegrasi dalam keseharian tugas mereka selama ikut kegiatan.

Alhamdulillah,hampir semua anak ikut serta kegiatan ini,kecuali 1 anak yang sakit.
Alhamdulillah,anak yang tadinya menangis terus d malam kedua mulai semangat berani mandiri.
Hebatnya,teman-teman yang lain bukan mengejek tapi justru memberi dukungan dengan cara masing-masing yang menganggap anak tersebut bisa.
Cara hebat karena inti bantuan yang mereka beri bukan mengambil alih tugas anak tersebut,tapi mengingatkan dan mendorongnya untuk menyelesaikan apa yang sudah jadi tugasnya.
Hal yang justru tidak didapat anak itu dari orangtua dan gurunya.

Aku belajar banyak dari anak-anak hebat ini.

Mudah-mudahan mereka tetap ingat kehebatan dan keunikan masing-masing saat sudah besar dan bisa membaginya kembali ke orang-orang lain.

Smartcamp siapa yang punya?
Kelas 5 jawabannya
Bukan hanya main-main
Banyak ilmu,banyak tahu
Untuk menjadi muslim tangguh
Wuuuss!

Saturday, April 19, 2008

pekerjaan menikah


kemarin di sebuah stasiun
aku berbincang-bincang dengan temanku
soal khianat dan pernikahan lalu kehamilan

kita berdua bertanya-tanya
mengapa perselingkuhan itu sering terjadi saat istri sedang hamil
eh, tadi baca kompas minggu beritanya juga gak jauh beda di area selingkuh saat istri hamil
lalu salah satu temanku yang sedang hamil menggambarkan pernikahan itu sebagai suatu pekerjaan yang harus dijalaninya walaupun tidak ia sukai dan tidak ada kata 'resign' atau 'cuti' disana.

apakah persepsi serupa terjadi pada pria ?
sehingga mereka jadi 'kutu loncat'?

kalau itu suatu pekerjaan, mengapa tidak 'melamar' yang sesuai kualifikasi kemampuan/keadaan diri ?

mengapa menganggap sebagai suatu hal yang tidak disukai ?

apa tanggapan pasangannya ya ketika tahu yang dipikirkan oleh salah satu pihak seperti itu ?

wuaduuuh....

pada akhirnya aku cuma bisa mendengarkan saat ada teman yang bercerita padaku soal 'pekerjaan' mereka ini....

Saturday, April 12, 2008

Lali

Manusia itu mahluk pelupa tampaknya
Seorang yang sudah memiliki finansial lebih dari cukup
Terkadang lupa bahwa ada berasal dari tiada dan bisa jadi akan tiada kembali
Lalu sibuk ‘menasihati’ orang-orang disekelilingnya mengenai arti penting peran finansial dalam hidup di dunia
Dan sibuk ‘menyeleksi’ orang-orang yang pas, yang bisa menjamin peran finansial dalam hidup keluarga besarnya
Lupa pada ada tiadanya finansial seperti yang dihidupinya saat ini,
Tak merubah esensi diri manusianya
Mungkin contoh yang paling mudah dan terukur oleh rasio manusia ‘hanya’ seputar finansial, tapi kelupaan manusia tak hanya diseputar aspek tersebut
Lupa kembali pada apa yang menjadi milik seorang manusia
Lupa kembali pada apa yang menjadi tujuan dijadikannya seorang manusia
Lupa akan putaran ada dan tiada

Thursday, April 10, 2008

Pasrah



Saat kapankah kita pasrah pada tuhan ?
Aku dengar seseorang mengatakan: “Kalau sekarang mah, saya pasrah sama tuhan ajalah, gak perlu usaha keras...”
Hmm....definisi tepat dari kata pasrah apa ya ?
Apa pula definisi usaha ? keras lagi ! apa definisi dari usaha keras ?
Apakah usaha itu berlawanan kata dengan pasrah ?
Apakah dengan kita berusaha berarti tidak ‘memasrahkan’ pada tuhan ?
Apakah dengan pasrah, kita justru tidak berusaha keras ?
Konsep pas untuk hal pasrah ini, bagaimana ya ?
Bingung....

Monday, April 07, 2008

pamrih

Belakangan ini entah mengapa aku sering sekali dicurhati sama teman-teman baruku soal kehidupan pernikahannya...
man, it's quite scary world...
mungkin mereka memilih untuk bercerita kepadaku karena aku cenderung mendengarkan dan mereka memang cuma butuh pendengar tanpa perlu mengetahui solusinya.
mungkin juga ini sebagai pengingatku untuk melihat bahwa pernikahan itu justru baru dimulai after ijab kabul...
karena yang bercerita padaku lebih banyak kaum wanita, maka keluhannya juga berputar di pasangannya.
intinya sebetulnya mirip, ada perubahan...perubahan setelah menikah dan sebelumnya, padahal jalur ke pernikahan itu antara mereka berbeda, ada yang pakai pacaran dulu lamaaa, ada yang sebentar, ada yang langsung menikah...
dan rata-rata alasan perubahan itu biasanya karena orang-orang di sekitar pasangan...keluarganya....
dulu sebelum menikah, janjinya adalah berbagi informasi dan saling bantu keluarga masing-masing, tapi ternyata janjinya gak bisa dipenuhi
dulu sebelum menikah, rajin mengantar anggota keluarga lain, sekarang setelah menikah, jadi males
dulu begini, sekarang begitu...
dan biasanya kata "Kan gw dah dapet anaknya ini....kan gw dah resmi jadi suamimu...dst"
buatku kata-kata itu gak bisa aku terima
kalau sudah berbuat sesuatu, ya kalau masih sanggup dan bisa dan mau dan sudah janji
mengapa tidak diteruskan ?
bukannya itu yang membedakan tingkatan moral anak-anak yang baru belajar di TK/SD dengan orang yang disebut dewasa ?
masa dari sekian banyaknya jam sekolah yang ditempuh, bahkan sampai lebih dari 1 S-nya, tingkatan ilmu-nya gak beranjak dari TK/SD ?
...
apakah ini sama artinya dengan palsunya komitmen yang dibuat waktu ijab kabul?
....
padahal itu komitmen dengan sang pencipta
...