Tuesday, June 30, 2009

Dewasanisasi anak

Kemarin nonton di televisi acara wisuda anak-anak play group yang dibuat dengan prosesi seperti acara wisuda sarjana, lengkap dengan toga dan pakaian kebaya ber-make-up atau jas di balik toganya...

Hampir setiap hari di liburan ini juga ada tayangan di televisi yang berisi permainan ‘tebakan’ lagu yang diisi oleh peserta anak dengan keharusan ‘menebak’ lagu-lagu yang kebanyakan lagu-lagu orang dewasa, yang juga bisa dinyanyikan secara faseeehhh....oleh anak-anak tersebut....

Hari anak nasional sekarang katanya bertema Anak yang cerdas, sehat dan ceria....

Patokan anak cerdas mungkin bisa dilihat dari bertaburannya nilai-nilai di atas 9 dalam skala nilai 0-10 dari yang paling rendah sampai paling tinggi. Dari bejibunnya berita soal prestasi akademis juara olimpiade untuk pelajaran-pelajaran yang top itu lagi-itu lagi... sebelum liburan pun saat pembacaan pengumuman pasti yang diumumkan berprestasi adalah prestasi akademik mencapai nilai sekian, sekian, sekian, paling tinggi ini dan itu dalam pelajaran pelajaran yang itu lagi-itu lagi...

Membaca, mendengar dan menonton hal-hal prestasi itu kok bikin makin sedih ya...ditengah orang-orang yang katanya tau dan paham ada yang disebut multiple intelligence, mengapa jadi supporter teori intelegensi tersebut hanya di ucapan ? Mengapa jarang diberitakan di koran soal prestasi seorang anak yang juara lomba mengarang internasional misalnya, atau lomba menyanyi internasional? Kalaupun lomba menyanyi ditayangkan tapi pasti di bagian/kolom kecil dari surat kabar yang besar itu.... lebih banyak tampil diberita-berita infotainment, bahkan di berita infotainment pun prestasi tersebut pasti disandingkan dengan kata: “juga berprestasi di sekolahnya dengan mendapat rangking 1,2,3....” atau “ juga merupakan lulusan terbaik....” yang ujung-ujungnya ya nilai rata-rata dari pelajaran yang itu lagi-itu lagi....jadi buat apa ada promosi atau sosialisasi soal multiple intelligence itu ???? toh yang namanya anak cerdas sudah terukur oleh satu jenis intelegensi !!!!

Oh ya, mumpung ngobrolin soal kecerdasan, seiring dengan niat salah satu kandidat capres-cawapres untuk memberdayakan sekolah kejuruan....aku berpendapat emang tiap orang diwakili oleh bakat-bakat berketrampilan yang lebih atau kemampuan berteori yang lebih, nah sekolah kejuruan mungkin diperlukan untuk yang lebih baik dalam segi skill praktik dibandingkan skill teori, tapi kok ya kurang dibarengi visi dan misi ke depan soal penyediaan lapangan kerjanya sih ? apa ada sekarang persyaratan yang diajukan oleh perusahaan bahwa ia mencari tenaga kerja yang bukan S1 minimal ? bandingkan berapa banyak ???? ANEEEEHHHH....

Tema yang kedua: anak indonesia yang sehat...sehat apa ? jasmani dan rohani ? apakah masih rutin kegiatan olahraga anak-anak ini ? bagaimana perbandingan kegiatan olahraga dan geraknya dengan kegiatan duduk rapi untuk menulis dan belajar membaca ? Bahkan anak-anak TK pun semakin sedikit waktu geraknya padahal jam masuk sekolah mereka makin panjang....apakah itu akan membuat anak-anak jadi sehat ????? bagaimana sih yang dikatakan sehat itu ????

Terakhir, anak-anak Indonesia yang ceria....ceria dalam gambaran seperti ceria orang dewasakah ???? Mengapa tidak membuat perpisahan anak-anak menjadi acara perpisahan yang ciri khas anak-anak ? mengapa konseptor acara tidak menempatkan diri dari sudut pandang dan pemikiran anak-anak ? apa iya, perlu pakai toga ? perlu dibacakan satu-per-satu namanya ? acara ini untuk orangtua anak atau untuk anaknya ???? kedewasaan anak-anak akan cepat terasa kok tanpa perlu diburu-buru...jadi ceriakan, sehatkan dan cerdaskan mereka sebagai anak-anak....

Kalau acaranya tebak-tebakan untuk anak, ya lagu anak-anak dong yang jadi materi....kekosongan materi lagu anak, ya buat dong, kan ada banyak stok lagu orang dewasa, mengapa tidak juga menambah stok lagu anak ? Kalau bisa menjiplak sinetron2 dewasa, kenapa tidak membuat sinetron2 yang anak-anak ? yang gak perlu dibumbui oleh cinta-cinta/naksir-naksir ?

Kalau wisudaannya anak-anak PG, ya mengapa tidak dengan penampilan bersama, gak perlu ada prosesi yang menyerupai sarjana...tidak cukupkah biaya masuknya saja yang menyerupai biaya masuk universitas ????

Kalau ada pembacaan prestasi ? mengapa tidak selang-seling antara prestasi akademis dan prestasi life skill ? mengapa mengumpulkan prestasi akademis di bagian akhir ditambah pula dengan kata-kata “ akhirnya sampailah pada pengumuman yang paling ditunggu..nilai tertinggi diraih oleh ?????”

UGGGGHHHHHH....

Gak cukupkah orang dewasa yang ada saat ini sehingga perlu menambahkannya dengan anak-anak yang dikostumi ‘pakaian orang dewasa’?????