Kalau kamu diminta menggambarkan hidupmu sampai saat ini dengan 5 kata, what would those words be ?
Dan 5 kata apakah yang kamu pilih untuk menggambarkan kehidupan yang kamu inginkan ?
pertanyaan yang mungkin gak pernah ditanyakan ke diri sendiri, karena ngeri denger jawabannya...hihihi....
kenapa ngeri ? tentu karena aku takut gak terlihat 'bagus' dimata diriku sendiri (eh salah, orang lain)...searching for perfection...yang membuatku harus curhat soal ini....
Aku kind of ‘get it’ waktu nonton oprah di metro tv kemarin, pas tamunya mr zukaf, yang membicarakan tentang 5 hal yang menggambarkan kehidupan pernikahan beberapa tamu di acara tersebut. Setelah sebelum nonton acara itu aku juga sempat membaca kolom pak samuel mulia di kompas minggu ini tentang “SALE up to 70%”. Kedua acara ini talking about how we ‘deceive’ others in thinking that we are ‘perfecto’….
Salah satu quote yang aku suka dari mr. Zukaf sejak jaman dulu kala itu adalah “You are the creator of your circumstances”…kitalah yang menentukan keadaan kita saat ini. Jadi kalau kamu merasa menderita, kamu merasa gelisah, kamu merasa bahagia, yah, dirimulah yang menentukan terjadinya hal-hal tersebut, gak ada korban di sini, karena sebetulnya sang korban hanyalah ‘playing victim’ (kecuali mungkin anak-anak yah…) Kalau kita merasa selalu ditinggalkan orang lain, mungkin karena kita membuat mereka meninggalkan kita. Kata mr. zukaf, lihat lagi deh ke dalam dirimu, apa sih motivasi internal-mu dalam melakukan suatu hal…jangan sampai karena termotivasi untuk melakukan suatu hal berhubungan dengan orang lain, gak akan eternally lasts…I agree. Kalau ada temanku yang mengatakan bertahan dalam suatu hubungan yang tidak kondusif karena alasan anak, menurutku dia harus liat lagi ke dalam dirinya, is that really is ? apakah yang dilakukannya saat ini membuatnya membangun lingkungan yang kondusif pada anak atau justru yang destruktif ? apakah langkah-langkahnya saat ini membuatnya mendekati tujuan ‘demi anakku’ atau justru ‘demi diriku’ ? katanya kan niat itu penting karena it drives us to our behaviors…makanya ada istilah luruskan niatnya…karena kadang orang justru gak meluruskan niatnya tapi malah meluruskan teknis pelaksanaannya sehingga akhirnya malah gak nyampe ke tujuannya karena sibuk musingin teknis yang seharusnya fleksibel…
Sama seperti tulisannya pak samuel di “Sale…” itu, betapa kita hanya menampilkan sisi dimana kita lebih mentingin ‘citra’ kita dimata orang lain dibandingkan dengan our true self…kalau di tulisan itu antara toko ‘serba lima ribu’ dan tulisan sale yang up to-nya diperkecil sehingga kalau dibaca kayak “SALE 70%”…orang mungkin akan lebih tertarik dengan yang terakhir karena berasa lebih mutu dan murah…padahal perlu/tidaknya suatu barang yang di Sale, yang seharusnya jadi pertimbangan utama justru gak dipertimbangkan…jadinya, mubazir…hihihi…
Mungkin dalam berteman begitu juga…saat pertama kenal, mungkin yang dikasih liat hanya hal-hal permukaan (kalo gak mo bilang, sisi2 baiknya ajah) baru makin lama menunjukkan sisi2 jeleknya and so on...gak ada dong yang mo temenan ama orang yang kasar, dst...tapi orang lupa bahwa misalnya si kasar ini ada sisi baiknya sehingga mungkin kita bisa bilangin dia akan sikap kasarnya supaya dia tahu bahwa yang kita ’tidak suka’ adalah sikap kasarnya bukan orang itu as a person....cumaaa orang lebih suka me’label’ sih, mau cari gampangnya ajah, si penggosip, lalu langsung dibilang penggosip dan gak ditemenin misalnya... padahal kata pak ainun, yang suka membicarakan dan mencari kejelekan manusia adalah setan, berarti manusia harusnya can do better dong…dan manusia, harusnya tahu dengan sesadar-sadarnya bahwa kita tidak diciptakan dengan sempurna…jadi berhentilah mencari kesempurnaan pada manusia…
Sayangnya semakin banyak buku, tulisan, artikel, acara talkshow, dst yang menunjukkan bahwa is ok to be human, is ok to make error, karena dengan begitu kita belajar untuk memperbaiki kualitas hidup kita…maka semakin nyatalah perilaku manusia yang berlagak sempurna itu….yang merasa pas untuk jadi hakim, yang merasa berhak untuk mengklasifikasikan teman-temannya sesama manusia, dst… Lupa untuk berlomba-lomba menjadi terbaik di mata tuhan...(bukan dimata manusia)
Hiks-hiks-hiks