Thursday, January 04, 2007

karakter

Beberapa hari lalu aku sempat nonton oprah. Ada kata yang masih tergiang-ngiang sampai detik ini, yang intinya bahwa karakter itu dibentuk lewat pengalaman, gak pernah lewat yang lainnya...trus kalau kita berbuat salah, itu artinya your life is all through but not over...u learn by that mistakes and move on....

Aku jadi berpikir dengan sekian banyaknya sekolah ’menjual’ kemasan materi character building, bagaimana bisa itu tidak diajarkan secara kontinu ? bagaimana mungkin siswa belajar hanya lewat pelajaran yang maksimal 2 jam dalam 1 minggu ( @+ 45 mnt) ? bagaimana karakter diharapkan dapat menetap tanpa mereka mengalami langsung bagaimana harus jujur? Bagaimana harus berpikir kritis? Bagaimana harus hormat pada orangtua? Dan bagaimana-bagaimana lainnya....

Contoh simple deh, gimana bisa bertoleransi atau tenggang rasa kalau gak pernah dikenalkan dengan berbagai jenis manusia yang ada di lingkungan tempat tinggalnya ? bagaimana bisa mandiri kalau field trip justru pakai acara naik trans yang tidak melewati jalanan di sekolahnya dan lingkungan rumah ? bagaimana coba ?

Aku juga salah satu yang mengganggap harusnya sekolah dengan embel2 agama di namanya tidak usah ada...negara ini adalah negara yang punya motto bhinneka tunggal ika, mengapa tidak mengedepankan hal tersebut ? dengan masing-masing anak diajarkan agamanya sendiri tanpa harus berbenturan satu sama lain ?

Buatku doa-doa yang diajarkan di sekolah untuk level anak prasekolah harusnya tidak umum, tapi mereka diajarkan berdoa menurut agamanya masing-masing: misalnya si agama islam diajarkan doa menurut agamanya, agama kristen dengan gerakan tangan yang berbeda pula, dan seterusnya...biar mereka mengerti bahwa teman mereka akan tetap mengasyikkan meskipun punya cara yang beda dalam berdoa....

Ah, terkadang aku mimpi aku punya keberanian untuk pergi ke daerah, belajar bahasa lokal lalu menjalankan kurikulumku...

Aku juga mimpi aku punya uang untuk studi banding di negara jepang tentang pendidikan pra-sekolah mereka...kenapa jepang ? karena aku melihat kurikulum salah satu negara asia yang banyak diidolakan di indonesia sangat ’robotic’ lagipula jepang lah yang menelurkan buku totto-chan ! hehehe....

Oh ya, aku juga sempat menanyakan salah satu temanku yang sangat ku kagumi tentang pemikirannya akan beberapa hal yang jadi pikiranku akhir-akhir ini, berkaitan dengan karakter itu: perlukah kelas akselerasi ? aku bertanya hal yang sama pada beberapa temanku yang lain, dengan jawaban yang beragam, dengan argumentasi yang beragam pula. Aku pribadi lebih suka kalau kelas ini gak usah ada...hehehe, bukan berarti membiarkan orang-orang hebat ini terlunta-lunta di kelasnya, tapi bisa dong dibuatkan program ’helping each other’ di kelas ? anak yang pintar di matematika misalnya membantu temannya yang kurang bisa matematika, toh siapa tahu temannya yang kurang pandai matematika ini dapat membantu dirinya yang pandai matematika di pelajaran lain: misalnya dalam pelajaran prakarya...? why not ? lagian tatalaksananya carut marut kali kelas aksel ini.....

Hal lain: tentang homeschooling...hehehe, buatku: again, sekolah is not just a place to study several subject...it’s a place to study many things that goes beyond text book...life-skill perharps, u best learn at school...i too, against this kind of schooling...

Ah, pendidikan….satu-satunya yang membuatku ingin menjadi bagian dari satu menara gading yg disebut pegawai negeri di depdiknas…hihihi….

Someone told me, several days ago, that I’m not going to be a psychologist with many patient/client…coz for me, it tooks so much more to be able to bring out good in people…you just don’t diagnose quickly by several symptoms only and give out general recommendation…I strongly believe that ppl are uniqely built and u have to meet them several times to be able to decribe the near precisely description about what happen to them…and it took more than willingness to start the treatment or life changing style…it took courage and patient…

Ah, aku selalu diledek idealis…hiks….
Aku hanya takut tak mampu mempertanggungjawabkan apa yang aku buat
Apa yang aku ucap
Apa yang aku kerjakan…
….