Tuesday, November 28, 2006

...

astagfirullah...
dzalimnya saya yang hanya bisa diam dan terus melaju,
ketika melihat ada korban kecelakaan tergeletak di jalan raya
karena ketakutanku pada hal-hal yang seharusnya tidak ditakuti
astagfirullah...
dzalimnya saya ketika seringkali berlaku buruk
memarahi, menegur dengan suara keras dan menganggap diri benar sendiri
dan menganggap saya lebih dari dia
padahal berkali-kali ditegaskan kita sama
yang membedakan adalah iman seseorang...
astagfirullah...
dzalimnya saya ketika hanya mampu mendengar curhat
saat ada orang yang diperlakukan tidak adil oleh orang yg berposisi
struktural organisasi di bagian atas
dan saya tidak berada langsung di dalam bagan organisasi tersebut
astagfirullah...

Saturday, November 25, 2006

Berpendidikan dan bersekolah

Aku merasa begitu tak terkendalinya banyak hal setelah era yang disebut orang sebagai reformasi. Yang jadi concern utamaku adalah bagian pendidikan anak. Bidang pendidikan seperti kehilangan pengemudi utama yang mengontrol dan menentukan arah tujuan, hendak dibawa kemana generasi ini. Kalaupun ada tujuan yang ditetapkan, sangat abstrak sekali tujuan tersebut sehingga diinterpretasikan berbeda-beda…

Buatku, mungkin anugrah yang kuasa akan semua perbedaan tersebut, tetapi seringkali yang aku lihat adalah kebablasan di sana-sini, semua merasa benar sendiri tanpa mau menerima kritikan dan mengubah beberapa kebijakannya sehingga yang terjadi carut marut, kacau balau.

Aku tidak mau ngobrolin orang lain, hanya ingin ‘membuang’ sedikit kepusinganku dalam bentuk tulisan ini dari pengalaman yang aku alami sendiri. Atas karunia Tuhan, aku diberi kesempatan untuk mengalami langsung berbagai variasi pendidikan (tapi mungkin aku baru mengalami seperenambelas-nya kali ya) yang ada di Jakarta dan Depok.

Satu hal yang jadi strategi marketing sekolahan sekarang adalah menjual “bilingual”, yang menurutku bukan lagi bilingual tapi jadi trilingual bahkan mungkin lebih. Karena selain inggris-indonesia (yang lebih menitik beratkan bahasa inggris), teman-temanku juga mendapat pendidikan bahasa arab atau mandarin…. Semakin banyak bahasa menurutku orangtua merasa anak mereka semakin hebat, walaupun para ayah-bunda mereka hanya dapat berbahasa Indonesia. What’s wrong with bahasa Indonesia ? we all live in what country? Most of Indonesian ppl speaking bahasa, aren’t we? Bukannya tujuan kita memasukkan anak ke sekolah salah satunya untuk beradaptasi? kalau mereka nantinya hendak hidup di indonesia? Bukannya bahasa indonesialah yang harus mereka kuasai terlebih dulu dibandingkan bahasa-bahasa yang lain ? okeh, jika someday teman-teman ini akan bersekolah di luar negeri, tapi bukannya tugas mereka untuk membangun bangsa? Sehingga nantinya mereka harus return to this country and build this country and all of that would be done in bahasa ? apakah standar kemajuan suatu bangsa dengan penguasaan bahasa inggris ? mandarin? Arab ? bukannya jepang sangat bangga dengan bahasanya? Dan mereka can build their country too right? Berarti masalah utamanya bukan di bahasa dong?

About character building….gimana bisa membangun karakter yang baik dari seorang anak kalau yang mengajarkannya, sang guru, belum memiliki karakter yang cukup baik ? bagaimana pula mengajarkan karakter yang baik dan kuat pada anak kalau orangtua merasa tidak percaya pada sang pendidik ? isu dasarnya yang saling percaya itu tidak ada… lalu bagaimana mengharapkan karakter yang kuat dan percaya diri tapi di sisi lain saling sayang dan mengasihi dari anak muncul kalau bawaannya curigaaaa terus, kompetisiiii terus, sisi akademis melulu….

Bagaimana bisa bhinneka tunggal ika? Kalau anak bermata besar tidak pernah dikenalkan dengan anak yang bermata sipit, kalau anak sehat tidak pernah berteman dengan anak yang sakit?

Ranah itu makin lama makin mirip film M. Night Syamalan, the village....hiii....aku serem ngebayangin akan jadi apa nantinya, the so called ”generasi penerus”....

Yang penting itu anak yang berpendidikan atau yang bersekolah ya ?

To educate children or to make children go to school?

Is it still children or they are robot now ?

Thursday, November 16, 2006

Amal maruf nahi mungkar (1)

Beberapa waktu yang lalu aku sempat menonton tayangan oprah dengan bintang tamunya pink & my favorite “dr Robin”….hehehe….acara ini lagi ngebahas betapa concernnya para bintang tamu yang hadir dengan kecenderungan yang terjadi pada remaja putri di negaranya. Isu yang mereka lempar adalah betapa remaja putrid mo ‘menjadi stupid’ karena bagi masyarakat sana itulah yang mendapat tempat, itulah yang lagi trend, yang lagi ngetop…makanya lagu yang dibahas adalah stupid girl-nya pink yang video klipnya menyindir gaya socialite cewe-cewe Hollywood. Contoh tindakan stupid, misalnya: mereka bangga kalau video mereka having sex tersebar, mereka ngetop and itu bukan lagi aib bagi mereka. Atau ada situs girl gone wild yang isinya video2 cewe-cewe yang berperilaku wild..ada loh yang kerjanya mencari cewe2 untuk difilmkan dan dia berjenis kelamin cewe juga…dia bilang buat terkenal beberapa saat mudah banget mencari cewe-cewe yang mo flashing their top without payment….atau ada juga mantan pengisi video klip klompok musik hiphop….ia menceritakan betapa tak ‘dihormatinya’ manusia berjenis kelamin wanita disana…

Sebetulnya aku agak me-relate isu yang dilemparkan oprah dengan isu porno-porno-an yang sempat marak terus belakangan ini melempem….keduanya sama2 mengkuatirkan ‘generasi penerus’ hehehe, tapi kemasannya beda....kalo yang disini, sangat gak terstruktur dan jadinya malah ribut masalah yang sebetulnya bukan inti....atau aku justru gak tahu intinya masalah ini apa ya ?

Amal maruf nahi mungkar (2)

Waktu yang berdekatan kemarin aku juga sempat menyaksikan ‘kuliah’ yang diberikan oleh satu orang yang dipanggil ustad, yang wajahnya sering muncul di televisi. Dia, menurut pengakuannya, tidak memiliki kekhususan kemasan isi kuliah tertentu yang hendak dipromosikan, tetapi hanya ingin menegakkan amal maruf nahi mungkar….

Tema ‘kuliah’ yg harusnya disampaikan adalah lebih beriman setelah ramadhan, dengan sasaran para orangtua siswa. Tampaknya karena acara itu diadakan di hari kerja, maka orangtua yang hadir cukup sedikit, apalagi beberapa orang lebih suka untuk datang tidak tepat pada waktunya, maka tampak lengganglah suasana di tempat acara tersebut. Pihak panitia pun mencari akal dan memanggil turun anak-anak kelas 6 untuk membuat ruangan jadi agak penuh.

Guess what? Ustad decided to talk about poligami !!!! sama sekali gak ngena di audience yang ada orangtua, siswa dan guru….oke, katanya ia ingin membahas ttg keluarga, nope…sampai hampir setengah acara (batas toleransi pendengaranku hehehe….) ia masih saja mencoba membahas ttg isu poligami….melontarkan jokes-jokes ttg orang (bukannya katanya kita tdk boleh ngomongin orang pak ? apalagi kelemahannya, kejelekannya ?) dan yang membuatku sedih adalah ia mengatakan bahwa ia tidak bisa ngomong di depan anak2 sehingga anak-anak setelah dapat makanan diminta untuk meninggalkan ruangan…please deh…

Pihak panitia pun tidak meminta maaf pada anak-anak itu setelah acara selesai…. Percaya deh, anak-anak itu gak minta makanannya, mereka pengen juga kok dengerin obrolannya, tapi ya gak masuk aja dengan mereka....dengan tema seluas itu, mengapa tidak menyesuaikan diri dengan bekal satu al quran untuk dibagikan kepada semua audience yang ada di situ...bukannya amal maruf nahi mungkar juga saling mengingatkan? Gak bicara ttg poligami thok kan ?

Ah....

Amal maruf nahi mungkar (3)

Aku menyaksikan kedzaliman...
setidaknya menurut persepsi pandangku
aku tidak punya kuasa untuk melawan itu
sehingga yang kulakukan
hanya mendengar curhatan dari pihak yang terdzalimi
AARGHHH
Ini membuatku frustasi
What should I do ?????

Saturday, November 11, 2006

Entah

Entah mengapa, aku tak berdaya
Waktu kau bisikkan, “jangan aku kau tinggalkan”
Tak tau dimana, ada getar terasa
Waktu kau katakan, ”ku butuh dekat denganmu”

Seperti biasa aku diam tak bicara
Hanya mampu pandangi bibir tipismu yang menarik
Seperti biasa aku tak sanggup berjanji
Hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini
Entah esok hari
Entah lusa nanti
Entah

Sungguh mati, perempuanku
Aku tak mampu beri sayang yang cantik
Seperti kisah cinta di dalam komik
Sungguh mati, perempuanku
Buang saja angan-angan itu
Lalu cepat peluk aku
Lanjutkan saja langkah kita
Rasalah...rasalah... apa yang terasa
Apa yang terasa
Apa yang terasa

Ada dua lagu yang mengingatkanku pada seseorang. Salah satunya lagu ini. Hampir setiap lirik lagu ini menggambarkan dirinya, ketika ia ’merasa’ menyukai seseorang, maka ia bertingkah laku mirip dengan kata-kata di lagu ini.

Aku juga gak tahu kenapa tiba-tiba jadi mendengarkan lagu ini, mungkin aku sedang kangen dengan salah satu temanku yang penggemar iwan fals... mungkin pula aku marah dengan lirik lagu ini ...mungkin juga aku biasa aja, kebetulan kedengaran lagu ini....

Ah, andai kata bisa berlaku se-’entah’ itu...

Hihihi....

kayaknya aku terlalu serius menanggapi segala sesuatu yang terjadi di sekitarku,

terkadang bahkan juga ikutan serius menanggapi segala sesuatu yang tidak langsung
berkaitan denganku.

Friday, November 10, 2006

Untukmu Ibu

Dear mothers,
Akhir-akhir ini aku bertemu dengan sahabat-sahabat baruku.
Mereka semua sahabat cilik yang ternyata kehilangan mercusuarnya.
”Mama”
mereka itu memanggil sebutan istimewa yang dihadiahkan tuhan untukmu kepada orang-orang lain selain-mu.
Bagi mereka, dirimu tak lebih sekedar sosok yang melahirkan mereka saja
Tanpa merawat dan mengasihi mereka.
Duhai mothers,
Tahu tidak kalau saat ini perkembangan mereka masih seperti berjalan di tempat?
Tahu tidak kalau kemarin ia belajar memukul temannya?
Tahu tidak menurut bu/pa guru, mereka sudah bisa melakukan apa ?
Tahu tidak kalau kemarin mereka sedang bersedih?
Mothers,
Not everybody entitle to be called mothers,
So it means you are special to be able to bring a child in this world
Engkaulah yang melanjutkan benang ketulusan cinta di dunia
Pastilah engkau dicintai oleh sang maha pencinta
Tapi…
Tentulah sang pemberi hadiah ingin agar hadiahnya dirawat
Agar kepercayaannya tidak kau sia-siakan
Tentulah ia sangat mencintaimu
Tolong, balaslah cintanya
Secara langsung tanpa diwakili
Bersabarlah....
Bukankah kau diingatkan untuk bersabar ?
Mothers,
Yang instant itu hanyalah produk mie atau susu atau beberapa produk lain
Yang kau bawa ke dunia ini jauh lebih berharga dari produk-produk tersebut
Maka ’cara mematangkannya’ juga tidak dapat instant
Sehingga ’rasanya’ akan jauh lebih berharga dibanding segala sesuatu yang instant
Bahkan sampai dirimu tidak lagi hadir di dunia ini, mereka dapat terus memberi manfaat bagimu
Dear mothers,
Jangan ’buang’ hartamu yang paling berharga itu....
Pleaseee...

PS:
mommy, happy birthday
I hope Allah will guide us in everything we do…
Love you so much