Saturday, October 20, 2007

ditelan angin

di suatu kereta gondola, senja hari:

Y: "Aaaaah...sugoiii...senengnya bisa menghirup udara kayak gini, menikmati pemandangan kayak gini...terimakasih ya tu, mau nemenin diriku..."
X: "yah...daripada nanti repot kalau dirimu bunuh diri, mendingan ditemenin toh, lagian diriku gak ada kerjaan juga...libur pula.."
Y: "tu...kenapa ya, fasilitas kayak gini gak banyak dibangun...kemarin baru jalan lewat dekat rumah aja, tanah kosong deket situ dah dipagerin dan dari gambar-gambar yang ada di pager itu...kayaknya bakalan dibangun mall dan apartemen lagi tuh..."
X: "lah, bukannya dirimu seneng ke mall ? bersyukur dong harusnya..."
Y: "ah, suka gitu...dirimu juga gak tahu mau ke mana lagi kan kalau gak kesana ? emg warga jakarta dikasih banyak pilihan ? yeeey...paling murah ya ke mall, rekreasi kayak gini, mo masuknya aja udah berapa...sedang ke mall, masuknya kan gratis...niwey, it makes me think, gilee ya, semakin banyak mall kan menunjukkan dan mempromosikan gaya konsumtif ya...udah gitu barang-barang di mall kan gak bisa ditawar, beda ama yang dipasar2...gimana perekonomian jalan ya..."
X: "Waah, lo liburan kayak gini ngobrolin gituan ? yang bener ajee..."
Y: "tapi bener tu, kemarin waktu akhirnya jalan ke sensi, ngeliatin kanan kiri isi mall gede itu, kayaknya sedih aja...harusnya pengelola mikirin bahwa isi toko2 yang ada disitu untuk orang2 kita, punya orang2 kita, bukan kita sebagai penjaganya dong... daripada beri franchise mahal roti luar negeri, kenapa gak memberdayakan tukang roti keliling ? kalau mereka butuh latihan lagi, kenapa gak mereka dikirim belajar ke luar untuk kembali kesini dan menjajal kemampuannya, tapi dengan kreasi sendiri...g suka sedih aja kalau ngeliat bapak-bapak tua jualan roti keliling yang dipanggul itu...setiap kali ketemu, g selalu berdoa supaya rotinya habis dibeli di hari itu..."
X: "neng, klo dirimu gak beli rotinya dan cuma mendoakan aja....mah sama ajah...emang lo mau maem rotinya ? pasti lo lebih milih roti-roti yang bisa bicara atau bercerita atau yang sejenisnya kan, daripada roti si bapak itu ? buktinya kenapa lo gak milih beli rotinya dan sebatas mendoakan aja? yee"
Y: "...ngg....aku gak suka rasa coklatnya tu....suka lengket...hiks...ah, lo membuat diriku merasa bersalah nih!"
X : "hihihi....tapi lo bener juga sih, mendingan dikasih modal ya, untuk beli bahan baku yang bagus trus modalnya itu daripada dibalikin mendingan dibuat perjanjian untuk memberikan modal baru untuk temannya ya, biar berkembang terus dan gak berhenti...hhhh...."
Y: "Betul tu, kayaknya juga gak adil aja, kita dah tahu yang punya modal besar adalah yang dagang di mal, tapi kita sukarela beli barang-barangnya...eh, giliran kita ke pasar, yang pedagangnya mungkin gak punya modal terlalu besar, kita masih nawar2 ya...hiks, jadi inget tukang sol sepatu keliling tu...kemarin dia aku kasih 15rb, itu setelah ditawar, dan katanya diriku masih kasih dia kemahalan, hiks, kalau cuma aku yang jadi pelanggannya hari itu, gimana ya...huaaa......sediiihhh...."
X: "hihihihi....percaya kok dirimu sedih...tampangmu jadi manyun gitu"
Y: "Tu, aku juga ngerasa mungkin pegawai di tempat yang tugasnya men'dagang'kan komoditi indo itu belajar banyak tentang barang-barang di indo dan sejarahnya, tugasin itu ke pelosok indo, baru abis itu dibiarkan untuk berpameran ke luar sehingga not just put out a face tapi have a thorough knowledge ttg sesuatu yang dipromosikannya..."
X: "haik..haik...kayak dirimu yang sebel banget kalau belanja sesuatu tapi penjualnya gak tahu apa-apa tentang yang dijualnya kan ya ?hihihi.."
Y: "Tu...sedih ya..."
X: "hihihi...terus lo mau apa ?"
Y: "....iya ya...mau apa ya diriku...."