Thursday, March 23, 2006

ROSO

ini sekedar berbagi kegembiraan setelah nonton pagelaran satu rasa-nya a.mustofa bisri-idris sardi di GKJ kemarin malem.

Menurutku ada 2 acara (so far) yang bisa membuat keinderaanku terjaga: kenduri cinta & acara yang tadi aku tulis di atas. Dan alhamdulillah, walaupun orangtuaku sedikit protes, tapi mereka tetap berkenan mengizinkan anaknya ini nonton kedua acara tersebut. Walaupun artinya paling diijinkan sekali itu, abis itu ya nggak janji...hehehe....tapi alhamdulillah, tuhan itu maha pembuka jalan, nggak diijinkan nonton lagi kenduri cinta, e...bisa dinikmati juga buah pikiran teman-teman manusia lewat vcd. Berusaha lalu pasrah itu nikmat sekali ternyata...

Oke deh, kembali ke cerita awal...

Nonton pagelaran itu tadinya aku pikir pasti sorangan, soalnya gak ada yang tertarik untuk nonton. Tapi alhamdulillah, aku dipertemukan dengan seorang teteh yang bersedia menonton karena ada M.Sobary-nya (sebetulnya nonton sendirian pun aku jabanin, tapi sebagai penguat ‘bujukan’ untuk orangtua, akan lebih ‘licin’ jika ada teman pelengkap). Untuk ngambil undangan di daerah tebet (daerah yang paling aku hindari karena ruwetnya setengah mati, tapi akhir2 ini malah sering diubek-ubek, subhanallah, jangan menghindari sesuatu terlalu berlebihan...biasa2 ajalah, klo nggak, nanti malah kayak saya loh, selalu harus menghadapi apa yang dihindari...hihihi), ternyata berdua si te2h naik motor, nyampelah di t4 komunitas mata air. Ah, banyak buku pak mustofa yang menarik dibaca, tapi sulit ditemukan di toko buku deket rumah, mungkin harus sering jalan2 ke senen...

Ya udah, sampailah ke tgl 22 maret 06. janjianlah sama teteh di daerah roxy, acara jam 19.00-22.00WIB. tapi si teteh lupa bawa helm, akhirnya kita berdua pulang kembali ke kontrakannya di sudut jakarta pusat yang ‘ternyata ada rumah dan penduduk loh di situ’. Ah, jakarta selalu menawarkan kejutan...

Lalu sampailah ke GKJ jam 19.30-an, ah, walaupun gong sudah dibunyikan ternyata masih belum mulai. Setelah ketemu tempat duduk yang lumayan strategis di tengah, maka kita berdua melihat2 suasana sekitar...hehehe, wow, banyak orang2 yang selama ini kita liat lewat tipi, duduk dekat. Jadi agak norak. Ada pak abdurahman wahid-istri dan mbak yenny deh, sang putri...kalo gak salah liat, pak quraish shihab, rafika duri, dan beberapa orang yang sering seliweran di tipi tapi gak tau namanya. Yang selalu membuatku kagum pada para wanita yang sering terlihat di tv, termasuk istri gus dur (siapa ya namanya, aku lupa) dan sang putri, wajahnya haluussss putih, bersinar deh kalau terkena lampu....seakan-akan keringat kalau mampir pun, muka mereka tidak akan kucel...seneng deh liatnya...pengen nanya, pake bedak apa ya mereka itu...(hehehe, maaf agak belok ceritanya)

Jam 20.20-an acara pun dimulai dengan m.sobary yang membacakan ‘tulisan saya sendiri’, akunya...ah, mendengarkan beliau...jadi tersindir, betapa kita terlupa akan indonesia....
Lalu mulailah pagelaran dengan suara gesekan biola idris sardi. Kuereennnn....selalu mengairahkan melihat seseorang begitu mencintai sesuatu, membuat jantung ikut berdegup2. lalu datanglah gus mus membacakan puisinya...ditengah-tengah disambung dengan ratih sanggarwati yang membacakan pusisi gusmus, trus ada seorang penyair wanita (maaf, saya lupa namanya, tapi kayaknya terkenal dan beliau tinggal di luar negeri, daerah timur tengah). Nah, komposisi artistiknya menarik deh...di panggung yang paling pojok kan idris sardi, beliau pakai baju putih-putih, trus di tengah ada gusmus, beliau pakai baju hitam-hitam, trus disamping ada ratih pakai baju putih-putih dan penyair wanita itu pakai hitam-hitam...ah...kereeennn....dari babak awal yang kelam itu, aku paling suka puisi HANIEN terutama bagian “kekasih, dengarlah dadaku...kekasih, bacalah airmataku....malam ini belum juga seperti mimpi-mimpiku selama ini...malam ini, lagi-lagi kau biarkan sepi mewakilimu.”
Tapi yang membuatku berkaca-kaca waktu puisi “aku masih sangat hafal nyanyian itu”...lalu nyanyi lagu “indonesia pusaka”...hiks, betapa lupa saya akan negeri ini...disatu sisi, aku jadi makin minder, suaraku kok ya jelek banget ya...gak bisa nyanyi...hiks...

Setelah puisi nasehat kematian yang menggambarkan peristiwa tsunami, gusmus masuk dan idris sardi pun berdialog dengan ratih. Beliau menceritakan keresahannya, ada juga penyesalan, bahwa ia tidak bisa berbuat banyak untuk negeri indonesia dan selama ini lebih banyak bersikap ‘jengkel’ sendiri. Lalu masuklah gusmus dengan pakaian yang putih-putih...ah....sekarang panggungnya jadi dominasi warna putih....celetukan2 khas beliau...membuatku pulang dengan membawa rasa gembira di hati...and it stays...(sekarang juga masih membawa keriangan didalam hati)....

Kata-kata yang terangkai...subhanallah...persahabatan yang hangat...insight-insight yang muncul...ah, membawa saya ke satu tulisan gusmus “selembar daun”: semoga isyarat darimu: cintaku kau terima....

Satu sisi indonesia yang indah...disetiap keburukan pasti ada kebaikan...